Setiap anak pasti memiliki kecerdasan. Meski kecerdasan itu nampak berbeda masing-masing anak, tetapi inti tetap sama, yaitu:
“Setiap anak belajar dengan urutan yang sama. Hanya kecepatan anak menguasai sesuatu pengetahuan yang berbeda.”
Inilah kunci pendidikan yang jarang tersentuh. Kita lebih suka menganggap setiap anak memiliki kecerdasan yang sama, belajar dengan urutan yang sama, dan memiliki kecepatan penguasaan yang sama. Akibatnya? Ada anak yang nampak pinter, lumayan, dan tidak pintar.
Di IMA Class, setiap anak memiliki kesempatan yang sama dalam memahami persolanan. Mereka juga memiliki peluang kerjasama untuk membuat solusi sebuah persoalan.
Dalam setiap kerjasama, kelemahan satu murid akan tertutupi dengan kemampuan murid lain. Akibatnya murid yang merasa lemah akan berusaha menyusul penguasaan temennya yang memiliki kemampuan lebih.
Lingkungan demikian membuat murid betah belajar karena sesama murid dan murid-guru saling menghargai kemampuan setiap anak.
Mengapa bisa begitu? Karena setiap pembahasan pelajaran dan pemecahan soal (problem solving) dilandasi dengan ayat-ayat Qur’an. Jadi setiap masalah harus dipecahkan mereka menggunakan dasar pemikiran ayat-ayat Qur’an.
Disinilah mereka menemukan manfaat menghafal Qur’an bagi yang sudah hafal. Bagi yang belum hafal tentunya hal ini makin memacu dia untuk segera menghafal Qur’an.
Bukankah pepatah bilang: Cinta timbul dari kebiasaan yang menyenangkan? Percaya atau tidak, faktanya mereka makin bergairah belajar Islam dan Matematika.
Berikut video kegiatan IMA Class Tingkat IMPLEMENTASI (Intermediate) di SD Muhammadiyah 8, Kota Malang: