hantu angka di sekolah favorit smp

Hantu Angka di Sekolah Favorit

Hantu Angka di Sekolah Favorit sebuah kisah seru upaya pencurian naskah soal matematika ujian masuk smp favorit di Malang – Jawa Timur

Di sebuah kota kecil, ada tiga sahabat karib bernama Joni, Jona, dan Jono. Mereka selalu bersama ke mana pun mereka pergi. Ketiganya memiliki impian besar untuk masuk ke SMP favorit di kota mereka, yang dikenal memiliki gedung yang megah dan guru-guru terbaik. Namun, ada satu masalah: mereka tidak suka belajar. Alih-alih berusaha keras dan mengulang pelajaran, mereka lebih suka bermain dan bersenang-senang.

Disinilah petualangan Hantu Angka di Sekolah Favorit ini berawal. Jangan baca sendirian !

Semakin dekat hari ujian masuk SMP, mereka mulai merasa cemas. Setiap kali teman-teman mereka belajar, ketiga sahabat ini malah menghabiskan waktu bermain di lapangan. Hingga suatu hari, Jono mendapatkan ide yang dianggapnya sangat cemerlang.

“Bagaimana kalau kita mencuri naskah soal ujian masuk? Dengan begitu, kita tidak perlu belajar dan pasti bisa masuk SMP favorit itu!” usul Jono sambil tersenyum licik.

Joni dan Jona awalnya ragu, tetapi setelah berpikir sebentar, mereka setuju. “Kenapa tidak? Lagipula, ini cara paling mudah,” kata Joni.

“Ya, kita pasti bisa melakukannya! Apa yang bisa salah?” tambah Jona dengan penuh keyakinan.

Mereka kemudian menyusun rencana matang. Menurut informasi yang mereka dengar, naskah soal ujian masuk disimpan di sebuah ruangan di lantai paling atas gedung SMP favorit itu. Malam hari adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan rencana mereka karena sekolah akan sepi dan dijaga hanya oleh satu satpam tua yang biasanya tertidur.

Pada malam yang gelap gulita, ketiga sahabat itu menyelinap keluar dari rumah masing-masing. Mereka bertemu di depan sekolah, membawa senter kecil dan tas untuk menyimpan naskah soal yang akan mereka curi. Dengan penuh keberanian, mereka mulai mendekati gedung sekolah. Jantung mereka berdebar kencang, bukan karena takut ketahuan, tetapi karena adrenalin melakukan sesuatu yang begitu nekat.

Mereka berhasil masuk ke dalam gedung melalui jendela yang tidak terkunci. Suasana di dalam sangat sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki mereka yang berderap pelan di koridor panjang. Semakin mendekati ruang penyimpanan, udara terasa semakin dingin. Joni merasa sedikit aneh, seolah ada yang mengawasi mereka, tetapi dia mengabaikan perasaannya.

Begitu mereka sampai di lantai paling atas, Jono membuka pintu ruang penyimpanan dengan hati-hati. Di dalam ruangan itu gelap gulita, kecuali sedikit cahaya bulan yang masuk melalui jendela kecil di sudut ruangan. Ketiganya mulai mencari naskah soal ujian, mengaduk-aduk dokumen dan map yang ada di meja.

Tiba-tiba, terdengar suara aneh. Seperti suara kertas yang berdesir, tetapi lebih berat, seperti ada sesuatu yang bergerak-gerak. Jona yang pertama kali melihatnya. “Hei, kalian dengar itu?” bisik Jona dengan suara gemetar.

Mereka semua berhenti sejenak. Tidak ada yang bergerak atau berbicara. Kemudian, dari bayang-bayang di sudut ruangan, muncul sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan akan mereka lihat.

Sosok itu tinggi, lebih besar dari manusia biasa, dan tubuhnya tampak tersusun dari angka-angka yang bergerak-gerak seakan hidup. Mata sosok itu adalah dua lingkaran nol yang menyala merah, dan ia mengeluarkan suara yang membuat bulu kuduk mereka berdiri.

“Siapa yang berani mengganggu sekolah ini di malam hari?” suara sosok itu bergema, terdengar dalam dan bergema di seluruh ruangan.

Ketiga sahabat itu terdiam, tubuh mereka kaku karena takut. Joni, Jona, dan Jono saling berpegangan, tidak tahu harus lari ke mana. Sosok angka itu mendekat dengan langkah yang pelan namun pasti. Setiap langkahnya meninggalkan jejak angka di lantai, yang langsung hilang seperti tertiup angin.

“Kalian ingin mencuri naskah ujian? Mengapa tidak belajar? Mengapa tidak berusaha? Jangan pikir kalian bisa mencapai apa pun tanpa kerja keras!” sosok itu berteriak, suaranya menggema dengan kemarahan.

Jono mencoba berbicara, tetapi suaranya hilang dalam ketakutannya. “Kami… kami hanya ingin masuk SMP favorit…”

“Semua orang ingin berhasil, tapi hanya yang berusaha yang pantas mendapatkannya!” balas sosok angka itu dengan nada mengancam.

Kemudian, angka-angka yang membentuk tubuh sosok itu mulai berputar lebih cepat, menciptakan pusaran yang mengelilingi mereka. Joni, Jona, dan Jono merasa tubuh mereka ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat, seakan-akan mereka akan diserap oleh pusaran angka tersebut. Ketiganya berteriak, mencoba melawan, tetapi semakin mereka melawan, semakin kuat pusaran itu.

Tiba-tiba, semua berhenti. Ketiganya terjatuh ke lantai dengan napas terengah-engah. Saat mereka membuka mata, mereka sudah berada di luar gedung sekolah, persis di depan gerbang. Tidak ada tanda-tanda sosok angka, tidak ada suara aneh, hanya malam yang sunyi.

“Apakah itu mimpi?” tanya Jona, masih gemetar.

“Tidak mungkin,” jawab Joni, sambil melihat sekeliling. “Itu nyata. Sangat nyata.”

Jono berdiri, lututnya masih lemas. “Kita tidak bisa terus seperti ini. Aku tidak mau bertemu dengan sosok angka itu lagi.”

Dengan langkah tertatih-tatih, ketiganya berjalan pulang. Saat matahari terbit, mereka bersumpah untuk tidak pernah mencoba hal bodoh seperti itu lagi. Mereka belajar dari pengalaman mengerikan itu bahwa tidak ada jalan pintas menuju keberhasilan. Mereka memutuskan untuk belajar dengan giat agar bisa masuk SMP favorit dengan cara yang benar.

Baca juga kisah meyeramkan ini: Kutukan Angka Nol: Mimpi Buruk Seorang Matematikawan

Pitutur Cendekia:
Tidak ada jalan pintas untuk mencapai kesuksesan. Hanya dengan usaha dan kerja keras kita dapat mencapai impian kita. Mencoba curang atau mencari jalan mudah hanya akan membawa kita ke dalam masalah dan ketakutan. Lebih baik menghadapi tantangan dengan jujur dan bekerja keras daripada menyesal di kemudian hari.

Di tulis kembali oleh: Khansa Anandita Putri Hermawan | SDN Purwantoro 1, Malang | Pembelajar PETA Matematika

Author: Kak Ana
Pembina Olimpiade Matematika SD SMP di Malang | Jawa Timur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *