Kisah Haru di Balik Teror Mengerikan

Kisah Haru di Balik Teror Mengerikan

Kisah Haru di Balik Teror Mengerikan, Episode 1: Bayangan Putih di Kelas Gelap

Kisah Haru di Balik Teror Mengerikan – Mentari sore mulai meredup, menyelimuti SDN Purwantoro 1 Malang dalam keheningan. Di dalam kelas 6C yang remang-remang, Khansa, gadis manis berkerudung putih, tengah asyik menuntaskan soal-soal olimpiade matematika. Cahaya lampu neon yang berkedip-kedip memantulkan bayangannya di dinding, menciptakan suasana yang sedikit menyeramkan. Buku-buku tebal berserakan di mejanya, pulpennya tak henti menari di atas kertas. Mata bulatnya yang berkilau tertuju pada rumus-rumus yang rumit, namun wajahnya tetap tenang. Khansa dikenal sebagai siswi cerdas dengan semangat belajar yang tinggi. Mimpi menjadi juara olimpiade matematika selalu membara dalam hatinya.

“Khansa, kamu kok masih di sini sih? Udah mau magrib, lho,” sapa Nindi, sahabat setianya yang baru saja masuk kelas. Nindi, gadis berkulit sawo matang dengan senyum cerahnya, memiliki sifat yang ceria dan selalu siap membantu teman-temannya. Hari ini, rambut panjangnya yang biasanya tergerai bebas, ia sanggul sederhana agar tidak mengganggu saat belajar.

“Aku mau ngerjain soal ini dulu, Nin. Soalnya susah banget,” jawab Khansa, masih fokus pada buku di hadapannya.

“Ya udah, aku temenin. Siapa tahu ada ide bagus yang muncul,” ujar Nindi sambil menarik kursi dan duduk di samping Khansa.

Mereka berdua larut dalam suasana belajar yang khusyuk. Jam dinding tua di pojok kelas berdetak nyaring, seolah ikut menghitung detik-detik yang terasa begitu panjang. Tiba-tiba, angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka, padahal jendela kelas sudah tertutup rapat. Suasana yang tadinya tenang seketika berubah mencekam. Debu-debu beterbangan di udara, menari-nari mengikuti hembusan angin misterius itu.

“Nin, kamu dengar itu?” bisik Khansa, bulu kuduknya meremang. Suara detak jantungnya bergemuruh di telinganya.

Nindi menoleh, matanya membulat sempurna. “Dengar apa?”

“Kayak ada suara langkah kaki di luar kelas,” jawab Khansa, suaranya gemetar.

Mereka berdua saling berpandangan, wajah mereka pucat pasi. Tiba-tiba, sebuah bayangan putih melayang perlahan di sudut ruangan, tepat di belakang lemari buku tua yang penuh debu. Bayangan itu samar-samar berbentuk seorang perempuan dengan rambut panjang terurai. Matanya yang gelap seolah menembus kegelapan, menatap mereka dengan tajam.

“Nin, itu… itu apa?” bisik Khansa, suaranya nyaris tak terdengar.

Nindi menunjuk bayangan itu dengan jari gemetar. “Itu… itu kuntilanak, Khansa!”

Bayangan putih itu semakin jelas terlihat. Ia melayang mendekati mereka, perlahan tapi pasti. Khansa dan Nindi berpegangan tangan erat-erat, rasa takut menyelimuti mereka. Mereka berlari keluar kelas, mencari perlindungan di ruang guru. Bu Bintang, guru pembina olimpiade matematika yang dikenal tegas namun baik hati, sedang memeriksa soal-soal.

“Bu, Bu! Ada kuntilanak di kelas kita!” teriak Khansa sambil menarik-narik lengan Bu Bintang.

Bu Bintang terkejut mendengar teriakan Khansa. Ia menatap kedua siswinya dengan tatapan penuh tanya. “Kuntilanak? Kalian berdua kenapa sih? Sudahlah, masuk ke dalam kelas dan ceritakan apa yang sebenarnya terjadi.” Suaranya lembut, berusaha menenangkan kedua siswinya.

Dengan ragu, Khansa dan Nindi mengikuti Bu Bintang kembali ke kelas. Namun, bayangan putih itu sudah menghilang. Mereka hanya menemukan kelas dalam keadaan yang sama seperti sebelumnya.

“Mungkin kalian berdua kelelahan saja,” ucap Bu Bintang sambil tersenyum lembut. “Sudah, jangan takut ya. Sekarang, fokus saja pada pelajaran.”

Meskipun Bu Bintang berusaha menenangkan mereka, rasa takut tetap menghantui Khansa dan Nindi. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun mereka yakin bahwa ada sesuatu yang aneh di kelas mereka.

Bu Bintang Memiliki Kemampuan Lain Selain Matematika

Saat Khansa dan Nindi menceritakan pengalaman mereka, Bu Bintang tampak mendengarkan dengan seksama. Tiba-tiba, matanya berkilat aneh. “Kalian tahu, waktu kecil saya juga pernah merasakan hal yang sama,” ujarnya pelan. “Ada sosok yang selalu mengikuti saya, terutama di tempat-tempat yang gelap dan sepi. Saya sering mendengar suara-suara aneh dan melihat bayangan-bayangan.”

Khansa dan Nindi tercengang mendengar pengakuan Bu Bintang. Mereka tidak menyangka bahwa gurunya yang terlihat begitu rasional ternyata pernah mengalami hal yang sama. Bu Bintang melanjutkan, “Tapi, nenek saya mengajarkan saya cara untuk melindungi diri. Dia mengatakan bahwa kita tidak perlu takut, tapi kita harus menghormati keberadaan mereka.”

Ritual Mengusir Kuntilanak di Kelas

Baca juga – Misteri Angka Kaprekar 6174

Setelah mendengar cerita Bu Bintang, Khansa dan Nindi memutuskan untuk mencoba melakukan ritual sederhana. Mereka membaca ayat kursi bersama-sama sambil memegang Al-Quran. Saat membaca ayat terakhir, tiba-tiba lampu di kelas padam. Mereka mendengar suara tangisan kecil yang berasal dari dalam lemari buku tua.

Dengan keberanian yang baru, Khansa dan Nindi membuka lemari buku itu. Di dalamnya, mereka menemukan sebuah boneka tua yang lusuh. Boneka itu mengeluarkan cahaya lembut, dan suara tangisan semakin jelas terdengar.

“Mungkin kuntilanak itu terjebak di dalam boneka ini,” bisik Khansa.

Nindi mengangguk setuju. Mereka membawa boneka itu ke luar kelas dan menguburnya di bawah pohon besar di halaman sekolah. Sejak saat itu, mereka tidak pernah lagi melihat bayangan putih di kelas 6C.

Lanjutan kisah ini dapat diikuti di: Kisah Haru di Balik Teror Mengerikan, Episode 2: Kuntilanak dan Mimpi yang Tak Tercapai

Author: Kak Ana
Pembina Olimpiade Matematika SD SMP Tingkat Nasional di Malang | Jawa Timur | Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *